IKON Award 2007
Author: administrat0r5 Jun
EVENT IKON AWARD 2007, gaungnya lambat laun sudah mulai didengar. Event musikal ini digelar lantaran merosotnya industri musik di seluruh dunia, termasuk ASEAN, mengilhami seorang Richard Voon, untuk menggagas satu acara yang bersifat regional ASEAN. Lewat acara yang disebut IKON ini, tujuan utamanya adalah menggairahkan industri musik –khususnya ASEAN– supaya bangkit dan berkibar lagi.
Di Malaysia, Ikon Award –menurut Richard– mendapat respon yang positif. Beberapa nama yang sebelumnya termasuk sudah pernah berkibar, masih “nimbrung” dalam gelaran musikal yang baru pertama kali digelar ini. Melihat list yang diberikan oleh Richard, nama-nama artis Malaysia yang akhirnya terpilih adalah Adam, Daniel Lee, Dayang Nurfaizah, Dina, Ezlynn, Farah, Jaclyn Victor, Mawi, Reshmonu, dan Shanon Shah [untuk kategori solo artis]. SEdang untuk kategori band adalah Amuk, DefGabC, Disagree, Flop Poppy, This Is Ska, Gerhana, Jinbara, May, Mirwana, OAG, dan Search.
Menurut penjelasan Roicgard, di Malaysia ‘agak unik’ lantaran beberapa nama yang secara musikalitas sebenarnya masuk di genre religius, malah punya basis massa yang besar. “Seperti Mawi misalnya. Mungkin musiknya seperti Raihan, tapi di Malaysia penggemarnya banyak sekali malah popularitasnya sudah melebih Siti Nurhaliza,” jelas pria yang mondar-mandir Jakarta, Kuala Lumpur dan Manila ini kalem.
Sementara untuk Indonesia, yang akhirnya masuk 10 band dan 10 solo artis adalah Jimmy, Ria Amelia, Tompi, Abdul, Astrid, Eric, Judika, Lea Simanjuntak, Pinkan Mambo, dan Sania [untuk kategori penyanyi solo]. Sedang untuk kategori band ada Garasi, Samsons, Seurieus, Tahta, Kangen Band, Funky Kopral, Kapten, St Loco, theRain dan Shanou.
Ada beberapa informasi baru yang disampaikan oleh Ricarhd. Salah satunya adalah untuk tahun pertama ini, negara yang memutuskan terlibat adalah Indonesia, Malaysia dan Filipina. “Thailand mundur karena ada ada persoalan di dalam negerinya, sedang Singapura masih wait and see,” jelas Richard lagi. Posisi Singapura ini cukup unik. Sebagai negara kecil, mereka lebih dikenal sebagai ‘negara konser’ dari negara lain. “Karena mereka nyaris tidak punya artis yang diandalkan,” celetuk Richard lagi. Tahun depan, Kamboja dan Vietnam sudah menyatakan diri tertarik untuk ikut.
Acara yang kabarnya menelan dana sekitar $5 juta [sekitar 50 milyar] ini, akan membawa pemenang IKON ke negara-negara ASEAN. Mereka akan menjadi duta besar musik ASEAN, selain untuk negaranya. “Cakupannya tentu saja lebih luas, lebih besar dan lebih terarah,” tandas Richard sambil tersenyum. Richard menambahkan, “Bukankah musik adalah bahasa universal dan paling mudah diterima tanpa harus mengenal bahasanya?” ujarnya retoris.
“Masih banyak sponsor dan televisi yag ingin kerjasama, tapi mereka tidak berani ambil resiko dari awal. Karena di setiap negara yang ikut, harus menayangkan finalis dari negara-negara lain juga,” tuturnya. “Banyak televisi di Indonesia yang menolak ketika syaratnya harus menayangkan artis Filipina atau Malaysia. Alasannya siapa yang kenal mereka,” paparnya. Sementara Richard Voon melihat potensi artis-artis ASEAN sebenarnya punya ruang untuk lebih berkembang dibanding yang ada sekarang ini. “Sebagai orang marketing, saya tahu bagaimana turun naiknya industri musik yang ada sekarang ini. Kalau tidak segera diadakan satu gebrakan, bisa-bisa industri ini akan mati,” paparnya panjang lebar
Ikon Award ini menurut Richard sebenarnya cara praktis untuk sukses di lingkup yang lebih besar. “Artis Indonesia bisa sampai Filipina, tanpa keluar uang, tanpa pusing-pusing mikir promosinya. Label juga tidak mikir bagaimana mengemas promosi di negara lainnya, karena kita semua yang atur,” promosi Richard. Sebagai contoh, di Filipina tidak banyak yang tahu band-band dari Indonesia. “Ketika saya bawa CD Samsons, mereka terperangah karena tidak menyangka ada band yang bagus dari Indonesia. Tambah kaget ketika tahu terjual sekitar satu juta kopi di album perdana,” cerita Richard.
Soal banyaknya nama band-band besar di masing-masing negara yang tidak masuk, Richard menjelaskan, itu semua tergantung band-nya juga. “Yang jelas mereka nantinya harus ikut jadual dari IKON untuk promo dan konsernya. Kalau mereka sudah punya jadual sendiri dan tidak bisa dipisah, mungkin mereka memilih tidak ikut,” jelasnya sembari memberi contoh Slank yang di detik-detik terakhir penilaian menarik diri lantaran ada jadual tersendiri. “Mungkin nama-nama seperti Radja, Ungu, Dewa tahun depan bisa ikut,” harapnya.
Konsep acaranya, menurut Richard, adalah diikuti oleh artis atau band yang sudah terkenal di negara masing-masing. “Kompetisinya kita sebut friendly competition dan bersifat regional,” jelas laki-laki yang tampil dandy ini kalem. Soal genre, Richard mengaku tidak membatasi. “Kalau di Indonesia, yang penting dia anggota ASIRI,” tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar