ayunda profile

trenggalek, jatim
q tuh orangnya ga neko2 ko...percaya ga percaya ya mesti percaya donk Kupikir,aku takkan pernah merasakannya lagi setelah yang terakhir usai bagiku seolah itulah yang terakhir Ketika dia mulai hadir Entah mengapa hal-hal itu terasa lagi Perasaan-perasaan cinta menggeliat Bahagia merekah Serasa dia-lah yang tertepat Untuk saat ini tiada yang lain Yang paling kurindukan untuk selalu bersamanya

Kamis, 21 Februari 2008

Tahta: Band Biasa yang Jadi Ikon Indonesia

Tampil biasa dan enggak perlu neko-neko. Itu yang coba ditunjukin oleh grup band Tahta. Herannya justru yang kayak gini ini yang berhasil mencuri perhatian pecinta musik Indonesia. Siapa coba yang enggak kenal Tahta. Sekarang ini, hampir sebagian besar anak muda cukup ngeh dengan band yang satu ini. Dengan mengusung genre musik pop-creative, campur-campur antara pop, rock, blues, punk, dan brit-pop, Tahta tampil sebagai Ikon Indonesia.

Beneran. Enggak bohong. Nyaris enggak ada yang menduga kan... kalo band asal Bandung ini bakal jadi favorite pilihan pemirsa dalam Ikon Indonesia 2007. Hebatnya lagi, Tahta mampu nyingkirin band yang udah duluan punya nama seperti Samsons, Seurieus, Garasi, Funky Kopral, The Rain de el el.

Band yang digawangi Phewe (vokal), Obbie (gitar), Nasa (gitar), Theo (keyboard), Ihsan (bass) dan Mahe (drum) ini baunya udah mulai kecium sejak dipercaya untuk bikin soundtrack film D’Girlz Begins. Wah... bakalan rame nih peta persaingan band-band baru. Kalo diliat dari umurnya, Tahta sebenernya sih enggak baru-baru amat. band ini didirikan pada 18 April 2004. Artinya udah tiga tahunan keenam anak muda ini wira-wiri di ranah blantika musik tanah air.

Tapi ya... itu tadi. Mulai terkenalnya sejak single ’Dasar Pengecut’ didaulat jadi soundtrack film D’Girlz Begins. Lagu lainnya yang lumayan akrab ditelinga kita adalah Aku Masih Disini. Lagu ini nyeritain tentang gimana besarnya pengorbanan hubungan jarak jauh sepasang kekasih. Video klipnya dibikin di Bandara Soekarno-Hatta yang disutradarai Glen Kainama.

Langkah Tahta makin mantap aja setelah Ahmad Dhani ikut turun tangan memperbaiki sound mereka. Sentuhan pentolan band Dewa 19 itulah yang membuat musik Tahta lebih hidup. Sebelum boyongan ke Jakarta dan gabung dengan EMI Music Indonesia, Tahta adalah band indie yang udah kenyang malang melintang di kota kembang, Bandung. Untungnya, musik mereka enggak banyak diutak-atik pihak label dengan alasan ’pasar’. "Dari pertama datang, enggak ada penambahan konsep apa-apa, lagian kita enggak terlalu idealis," tutur Mahe.

Boleh aja orang nganggap Tahta bukan sebuah band yang fenomenal. Apalagi pergerakan musik mereka juga biasa-biasa aja. Tapi kalo band ini menarik hati pecinta musik, siapapun enggak ada yang menyangkal. Mungkin dengan modal inilah, Tahta bisa tetap eksis bermusik.

Termasuk perubahan imej dari J-pop –musik yang ke Jepang-Jepangan—menjadi kasual pop kayak band-band lainnya. Cari aman dikit enggak apa-apa kan.. Mereka juga enggak kepingin kehilangan ’Tahta’ nya. Karena menurut Mahe, Tahta adalah tempat yang paling indah. Dan sekarang ini jadi barang langka yang sangat rame diperebutkan... Betul enggak...?

Tidak ada komentar: